Ibnu Athaillah: Beribadah dan Berusaha Harus Seimbang

By. Aditya Reyhan Y W - 06 Nov 2023

Bagikan:

 img

webplus.id - Mungkin karena ingin selalu beramal sholeh kita memiliki keinginan hanya untuk mengonsentrasikan diri beribadah kepada Allah SWT saja. Kemudian sibuk melepaskan diri dari segala usaha, pekerjaan, dan tindakan yang sebenarnya tidak terlarang secara syara', bahkan tidak pula makruh, merupakan bagian dari syahwat yang tersembunyi.

Allah SWT Yang Maha Bijaksana telah mengatur segala urusan hamba-Nya, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Tidak ada seorang manusia pun di dunia, kecuali ia berada di bawah pengaturanNya walaupun ia kafir.

Walaupun kita mengonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah SWT, akan tetapi Anda tetap harus berusaha, sebab tanpa danya usaha ibadah hanya sia-sia belaka.

Baca juga: Ketahui Perbedaan Antara Nabi dengan Rasul dalam Islam

Ibnu 'Athoillah dalam kitabnya Alhikam, menggubah:

"Keinginanmu untuk berkonsentrasi (ibadah) kepada Allah Swt) padahal Dia telah menetapkan agar berusaha) merupakan bagian dari syahwat tersembunyi. Keinginanmu berusaha) padahal Dia menetapkan untuk konsentrasi beribadah) merupakan bentuk penurunan semangat yang tinggi. ))"

Kita sebagai manusia harus senantiasa bekerja dan berusaha demi menghidupi diri sendiri dan keluarga. Allah SWT sudah menentukan bahwa rezeki itu tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi harus dicari dan diusahakan.

Jika pekerjaan kita hanya di masjid maka tidak ada rezeki yang menghampirinya. Hal ini sesuai dengan perkataan Umar bin Khathab Ra., "Sesungguhnya, langit tidak menurunkan hujan emas dan perak."

Keinginan seorang hamba yang menyelisihi ketentuan Allah SWT dalam syariat-Nya adalah bentuk syahwat tersembunyi. Sebagai seorang hamba, tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali menjalankan sesuatu yang telah ditetapkan-Nya. Kita tidak memiliki kemampuan apa pun.

Semua kekuatan dan kekuasaan berada di tangan-Nya. Janganlah sampai kesombongan merasuk ke dalam diri, sehingga merasa paling hebat dan tidak membutuhkan siapapun, bahkan terhadap Sang Pencipta. Ini adalah sebuah tindakan kriminal dalam akidah yang harus dibuang jauh-jauh.

Baca juga: Cara Bersikap Saat Dihadapi Harapan yang Tidak Tercapai

Dalam setiap ketentuan-Nya, pasti ada hikmah dan faedah yang sebagian besarnya tidak mampu diketahui oleh akal manusia. Sebaliknya, keinginan kita untuk berusaha dan melarutkan diri di dalamnya, sehingga lalai beribadah menyembah Allah SWT, merupakan bentuk keterpurukan dari semangat yang tinggi.

Batasan dalam Berusaha

Di zaman sekarang, dikenal dengan istilah workaholic. Bekerja terus-menerus tanpa mengenal lelah dan istirahat, bahkan jikalau tidak bekerja maka ia akan sakit. Tindakan seperti ini juga tidak diizinkan oleh syariat. Bagaimana mungkin melarutkan diri dalam pekerjaan, padahal Sang Pencipta telah mengatur untuk melarutkan diri dalam ibadah kepada-Nya (apabila tiba waktunya)? Hal ini agar Anda bisa bersama-Nya, menyaksikan-Nya, dan merasakan kenikmatan di hadapan-Nya.

Ketika kita  lalai dalam menyembah Allah SWT, dan sibuk dengan usaha-usaha yang bersifat keduniaan, maka Anda telah terperosok ke dalam jurang kehinaan.

Sebenarnya kita telah kehilangan semangat yang seharusnya dimiliki seorang muslim, yaitu semangat beribadah kepada-Nya dan mengharapkan keridhaan-Nya.

Orang yang memiliki semangat tinggi selalu mengharapkan sesuatu yang diharapkan oleh Penciptanya. Jikalau Allah SWT. menginginkannya untuk beribadah maka ia akan beribadah. Jikalau Dia menginginkannya untuk bekerja dan berusaha maka ia akan mengerjakannya.

Kita adalah hamba, dan seorang hamba harus rela terhadap ketentuan yang ditetapkan oleh Tuannya. Jikalau Tuan menetapkan untuk beribadah, maka seorang hamba harus mengerjakannya. Jikalau Tuan menetapkan untuk berusaha maka ia juga harus mengerjakannya sepenuh hati.

Baca juga: Perintah dan Dorongan bagi Muslim untuk Bekerja dan Berusaha




Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp