Sejarah K.H. Ahmad Dahlan dalam Mendirikan Muhammadiyah

By. Aditya Reyhan Y W - 07 Nov 2023

Bagikan:

 img

webplus.id - Selain aktif ketika mengemukakan gagasannya mengenai gerakan dakwah Muhammadiyah, Ahmad Dahlan pun dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berjualan batik.

Sebagai sosok yang aktif dalam beragam kegiatan di masyarakat serta memiliki gagasan yang cemerlang, Ahmad Dahlan adalah sosok yang mudah diterima oleh masyarakat, sehingga ia pun cepat pula mendapatkan tempat di organisasi Jam’iyatul Khair, Syarikat Islam, Budi Utomo hingga Komite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad.
Pada tahun 1912, KH Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi bernama Muhammadiyah, Ahmad Dahlan menginginkan ada pembaruan terhadap cara berpikir maupun beramal masyarakat, namun tetap sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Ia ingin mengajak umat Islam di Indonesia untuk kembali hidup sesuai dengan tuntunan yang ada dalam Al Quran maupun Hadits, oleh karena itu sejak awal berdiri, Ahmad Dahlan menegaskan bahwa Muhammadiyah bukanlah organisasi yang memiliki sifat politik, akan tetapi bersifat sosial serta bergerak dalam bidang pendidikan.

Gagasan Ahmad Dahlan mengenai berdirinya Muhammadiyah pun mendapatkan dukungan yag baik dari keluarga maupun keluarga sekitarnya akan tetapi, dukungan baik tersebut rupanya tidak dapat menghindarkan munculnya fitnah-fitnah, tuduhan hingga hasutan yang datang pada Ahmad Dahlan.

Baca juga: 10 Fakta Menarik Perjalanan Haji Nabi Muhammad SAW

Ia sempat dituduh akan mendirikan agama baru dan menyalahi ajaran Islam karena ada pula orang yang menuduh bahwa Ahmad Dahlan adalah sosok kaiak palsu, sebab telah meniru bangsa Belanda yang beragama Kristen, mengajar pula di sekolah-sekolah Belanda hingga bergaul dengan tokoh Budi Utomo yang saat itu kebanyakan adalah seorang priyai.

Pada saat itu, Ahmad Dahlan memang sempat mengajar pelajaran agama Islam di sekolah OSVIA di Magelang yaitu sebuah sekolah khusus Belanda dan sekolah khusus untuk anak-anak priyayi bahkan ada pula beberapa orang yang hendak membunuh Ahmad Dahlan saat itu. Meskipun mendapatkan beragam fitnah, hasutan maupun ancaman, Ahmad Dahlan saat itu tetap berteguh hati dan tetap melanjutkan cita-cita serta pejuangannya dalam pembaruan Islam di Indonesia.

Ahmad Dahlan pun melanjutkan perjuangannya dalam membentuk Muhammadiyah dengan mengajukan permohanan untuk mendapatkan badan hukum pada pemerintah Hindia Belanda pada 20 Desember 1912 permohonan tersebut, baru dikabulkan oleh pemerintah pada tahun 1914. 

Izin tersebut, juga hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta, serta Muhammadiyah hanya boleh bergerak di daerah perizinan saja yaitu Yogyakarta, pembatasan gerak Muhammadiyah ini dikarenakan pemerintah Hindia Belanda saat itu khawatir, bahwa organisasi yang diusung oleh Ahmad Dahlan akan berkembang.

Meskipun gerakannya dibatasi, akan tetapi daerah-daerah lain seperti Imogiri, Wonosari hingga Srandakan telah mendirikan kantor cabang Muhammadiyah.

Namun karena hal tersebut menentang keinginan atau peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda, maka Ahmad Dahlan pun mengusulkan agar kantor cabang di kota lain menggunakan nama berbeda dan bukannya Muhammadiyah, seperti nama Nurul Islam di Pekalongan, nama Al Munir di Ujung Pandang dan Ahmadiyah di Garut.

Baca juga: Inilah Doa Salat Tahajud, Teks Arab latin, dan Artinya

Ahmad Dahlan menyebar luaskan gagasannya mengenai Muhammadiyah melalui tabligh ia adakan di berbagai kota selain itu, ia juga turut menyebarkan Muhammadiyah melalui relasa dagangnya, gagasan yang dimiliki oleh Ahmad Dahlan, rupanya mendapatkan sambutan cukup besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. 

Sehingga, beberapa ulama dari beragam daerah pun berdatangan pada Ahmad Dahlan untuk menyatakan dukungannya pada gerakan dari Muhammadiyah.

Oleh karena itu, pada 7 Mei 1921, Ahmad Dahlan akhirnya mengajukan permohonan kembali kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang Muhammdiyah di kota-kota lain selain Yogyakarta pemerintah Hindia Belanda pun menyetujui permohonan tersebut pada 2 September 1921.

Sebagai seseorang yang demokratis dalam menjalankan aktivitas dari gerakan dakwahnya, Ahmad Dahlan juga memberikan fasilitas kepada para anggota Muhammadiyah untuk memproses evaluasi kerja serta melakukan pemilihan pemimpin di Muhammadiyah.

Selama Ahmad Dahlan hidup, Muhammadiyah telah melaksanakan dua belas kali pertemuan anggota setiap setahun dan saat itu menggunakan istilah Aldemeene Vergadering atau persidangan umum.

Sosok Ahmad Dahlan, selain dikenal dekat dengan masyarakat serta para ulama, ia juga dekata tokoh-tokoh agama lain. Seperti Pastur Van Lith pada tahun 1914-1918 pada tahun tersebut, Pastur Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Ahmad Dahlan dan saat itu, ia tidak ragu untuk masuk ke gereja dengan memakai pakaian haji.

Baca juga: Melacak Jejak Sejarah Kertas di Dunia




Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp