Kuliner Legenda Toko Oen Yang Asli, Semarang atau Malang?

By. Agung KB - 28 Dec 2023

Bagikan:

 img

webplus.id – pecinta kuliner pasti sudah paham nama besar Toko Oen. Sejarah mencatat, Toko Oen menjadi satu-satunya restoran berkelas fusion kala jaman penjajahan Belanda. Berdiri sejak tahun 1936, Toko Oen mempunyai empat gerai toko, di Jakarta, Jogja, Malang, dan Semarang.

Dari keempat gerainya, kini bertahan dua cabang, ada di Malang Jawa Timur dan Semarang Jawa Tengah. Dua gerai lainnya di Jogja dan Jakarta sudah dijual ke pihak lain, sepeninggal sang empunya. Hanya saja, dua Toko Oen itu kini telah dimiliki oleh dua orang yang berbeda.

penikmat kuliner jalan jajan mesti masih penasaran, sebenarnya mana yang asli, Malang atau Semarang?

Apalagi dua gerai toko yang bertahan pun masih mempertahankan kuliner otentik fusion, baik jajanan tradisional, makanan main course, desert atau apetizer. Yang terkenal pastinya Es Krim Toko Oen.

Sang owner generasi ke tiga keluarga Oen, Yenny Megarajasa, menuturkan nama Toko Oen yang melekat pada bangunan, baik di gedung Semarang maupun Malang adalah asli. Model dan bentuknya tak berubah, lantaran sudah menjadi cagar budaya. Termasuk beberapa merek kuliner Toko Oen Semarang telah didaftarkan.

Yenny juga berstatus sebagai founder Oen Foundation lho, sebuah lembaga non government organization (NGO) yang peduli bangunan dan sejarah otentik Belanda dan Eropa yang ada di Indonesia, khususnya Semarang.

Usut punya usut, eksistensi Toko Oen, Yenny mengaku sangat terbantu atas kerja keras bapaknya, Oen Tjoen Hok, generasi petama Toko Oen. Dulu kala, bapaknya mendaftarkan nama merek Toko Oen pada pemerintahan Kerajaan Belanda saat jaman penjajahan.

“Opa saya orangnya memang berpikir maju kedepan, jadi mendaftarkan merek nama Toko Oen pada tiap panganan dan jajanan yang di jual di Toko Oen sejak tahun 1936, saat itu masih pemerintahan Belanda,” terangnya.

Soal resep rahasia, Yenny menceritakan, ada resep khusus cita rasa jajanan fusion Semarangan menjadi kunci sukses produk jajanan Toko Oen melegenda hingga sekarang. Di tempatnya dia memiliki menu andalan legendaris seperti es krim Toko Oen, nasi goreng, cap cay, panekuk, sampai kue kering dengan rasa dan bentuk yang tak berubah sedari jaman dahulu.

“Semua diolah dengan bahan, resep yang sama sejak dahulu. Termasuk bentuknya tidak kami rubah, ini menjadi ciri khas meski banyak yang meniru,” bebernya.

Menurut Yenny, tiru-meniru dalam dunia perkulineran sudah menjadi hal yang biasa. Hanya saja resep original tetap akan menjadi rujukan konsumen dalam merasakan sensasi keaslian kuliner atau jajajan.

“Koki saya banyak yang dibajak, dari resto, toko kue, bakery, tapi resep kunci masih saya pegang. Jadi soal rasa tak bisa berbohong pada konsumen setia,” katanya.

Soal klaim merek dagang Toko Oen, Dia menyebut, tiga gerainya di Jakarta, Malang, dan Jogja telah dijual. Bangunan gedung dengan nama Toko Oen tersisa di Semarang. Bangunan di Malang masih eksis lantaran pembeli atau pemilik gedung saat ini tetap mempertahankan seisi bangunan termasuk menu-menu yang pernah ada pada masa kejayaan Toko Oen.

“Yang di Jakarta, Jogja, dan Malang sudah dijual. Tinggal yang ada di Semarang kami pertahankan asetnya,” katanya.

Persoalan sempat muncul saat Toko Oen yang di Malang Jawa Timur, menjual dengan nama produk yang sama persis dengaan jajanan dan kuliner yang ada di Toko Oen Semarang.

“Tahunya dari pelanggan, tiba-tiba protes jika rasa jajanan kuliner Toko Oen kok standarnya berubah, tidak seenak di Toko Oen Semarang. Dia cerita saat menikmati di Toko Oen Malang,” ceritanya.

Yenny sebenarnya keberatan atas penggunaaan nama Toko Oen berserta produk jajanan kuliner lokal yang di jual di Malang Jawa Timur. Namun, dia juga tak bisa melarang sepenuhnya lantaran gedung Toko Oen merupakan cagar budaya yang dilindungi untuk tidak dirubah nama dan bentuk aslinya.

“Menuntut untuk mengganti nama juga tidak bisa karena gedung toko dan nama itu melekat sebagai cagar budaya. Tapi untuk produk jajanan kuliner kembali pada cita rasa khas, kami yang asli dan selalu diburu pelanggan,” paparnya.

Lebih keren lagi nih , keluarga besarnya rupanya mematenkan nama merek Toko Oen di negeri Belanda, karena pada jaman dahulu jajanan kuliner Toko Oen sangat digemari para warga Belanda dan Eropa saat ada di Semarang.

“Tapi di Belanda tokonya sudah tutup, merek dagangnya masih terdaftar di negara Belanda dan Eropa. Paling saat ikut pameran saja di Eropa jika ada festival kuliner,” katanya.

Sementara Toko Oen di Malang, dikutip dari berbagai sumber, jika pada tahun 1990 telah dijual ke pengusaha bernama Danny Mugianto.

Tidak hanya es krim, daftar menu Toko Oen Malang juga menampilkan berbagai menu makanan seperti makanan pembuka, sup, masakan oriental, burger dan sandwich, salad, steak, dan tentu saja tidak ketinggalan menu khas Indonesia. Termasuk ada menu khas Toko Oen nasi goreng dan nasi semur lidahnya yang terkenal enak.

Nah, bagi para traveler dan kuliners untuk menjajal dua gerai Toko Oen, silakan sambangi dua tempat itu. Jika sedang ada di Kota Semarang bisa mampir di Jalan Pemuda Nomor 52, bangunannya khas bentuk tempo dulu, diapit oleh gedung-gedung moderen perkantoran termasuk gedung Supermarket Sri Ratu yang telah tutup.

Sementara jika sedang di Kota Malang,  bisa mendatangi Jalan Jenderal Basuki Rahmat Nomor 5 Malang, gedungnya mencolok terlihat karena berada di kawasan Alun-alun Kota Malang, dan berhadapan dengan Gereja Hati Kudus Yesus atau dikenal dengan nama Gereja Kayu Tangan yang khas arsitektur neogothiknya.




Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp